Sepotong Kisah di ‘SB Waschsalon’

Saat studi di Bonn (Jerman) kemarin, Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Tidak ada kelas. Biasanya, saya bisa tidur sampai agak siang hehe. Eh, enggak deng! Saya tetap bangun seperti biasa untuk pergi ke laundry dan belanja ke swalayan, yaa .. melipir sedikit-sedikit ke city center ehem :p.

Di Jerman, Sabtu jadi ramai-ramainya hari orang jalan-jalan ke luar rumah, termasuk untuk belanja atau cuci baju. Maklum, kalau hari Minggu, semua toko di sini tutup. Hanya ada restoran yang tetap buka melayani pembeli.

Berhubung di apartemen saya enggak ada fasilitas laundry, jadilah saya harus berjalan kaki ke tempat laundry terdekat, ‘SB Waschsalon’. Enggak jauh juga, di peta tulisannya 500 m, tapi tetep bikin ngos-ngosan kalau jalan kaki sambil gotong baju kotor. (PS. Enggak pernah jogging di Jerman, ini saya klaim sebagai salah satu bentuk olahraga hihi)

p_20180908_104632.jpg

Jalan kaki sambil gotong baju di hari Sabtu. Pernah?

Pertama kali ke datang ke tempat laundry coin ini, yang terpintas pertama kali adalah Mr.Bean! HeEh, yas. Kalau kamu penggemar serial Mr.Bean, ada salah satu episode di mana Mr.Bean pergi ke laundry coin untuk mencuci pakaiannya dan terjadilah beberapa ‘drama’ di sana. Saya suka terkikik sendiri kalau teringat. Enggak nyangka, dulu cuma lihat di TV, sekarang bisa berhadapan langsung dengan mesin yang sama di Jerman.

Hayoh, masih inget adegan ini? (Sumber: Youtube – Getting Back at a Bully – Mr. Bean Official)

Oh ya, laundry coin ini sudah buka sejak pukul 06.00 pagi sampai 10.00 malam. Kalau pagi, biasanya masih sepi. Jadi, kamu bisa berasa jadi bos mesin cuci (heu). Yakin, enggak ada siapa-siapa di sini, kecuali kamu dan mesin cuci plus mesin pengering. Ihik

Jangan lupa kelola ekspektasi ya! Di sini, enggak ada yang bakal melayani cucian kita seperti kalau laundry baju di Jakarta. Semuanya serba sendiri dan kamu berkomunikasi dengan mesin! Untuk satu kali laundry (menggunakan satu mesin cuci) kamu harus memasukkan koin 2,50 Euro, sedangkan pengeringnya (dengan mesin yang berbeda) 0,50 Euro. Ada pembedaan harga. Setelah jam 10.00 pagi, harga naik! Satu kali mencuci bisa 3,00 Euro dan pengeringnya tetap 0,50 Euro.

Berdasarkan pengamatan saya kemarin, hari Sabtu pukul 8.30 pagi adalah paling ramai. Saya termasuk juga yang pilih ‘jam kunjung’ itu. Pernah juga saya datang pas hari kerja setelah selesai kelas, pukul 6.00 petang, nggak nyangka masih ada beberapa orang walau nggak seramai pagi. Mungkin karena perbedaan harga. Selisih 0,50 Euro sih tapi teteup ya, berasa haha.

Untuk satu kali laundry, full, ‘nyaris menuhin mesin’ bisa butuh waktu 45 menit – 1 jam. Kebanyakan orang mati gaya karena nggak banyak yang bisa dilakukan di sana kecuali duduk di bangku tanpa sandaran sambil baca majalah atau brosur ala kadarnya yang tersedia. Kebanyakan orang pergi dan kembali lagi saat laundry selesai dan memindahkannya ke mesin pengering.

Mesin cuci-mesin cuci yang lucu. Aish!

Untungnya, sebelah laundry ada ‘Action’, toko barang perkakas. Biasanya saya ngetem di sana untuk sekadar lihat-lihat barang (sesekali kepincut beli kalau ada yang lucu). Bisa juga ke Aldi Süd, minimarket, atau sarapan roti di Bäckerei Oebel di seberang jalan. Terdengar elite ya? Haha, enggak juga ya. Kadang kalau lagi bosan jalan, ya duduk-duduk sambil baca buku, main handphone, dan mengamati orang yang datang dan pergi dengan cuciannya.

Yes, berbagai macam orang bisa kamu temui di laundry coin ini. Sampai-sampai, saya suka takjub sendiri dengan keberagaman penduduk Jerman, sejak mereka membuka diri melalui kebijakan migrasinya. Pun, pendatang, hampir semuanya bisa bahasa Jerman.

Sebagai observer, saya akui, enggak banyak interaksi yang bisa saya jumpai di sini. Orang datang dan pergi diam dengan cucian. Menyapa atau melempar senyum pun jarang kalau enggak kenal. Tapi Tuhan maha adil ya. Nyatanya, semandiri-mandirinya mesin, tetap butuh interaksi sosial antarmanusia. Ada kalanya orang datang dan enggak paham dengan tombol-tombol mesin cuci di sini. Jadilah, mereka mengeluarkan suara bertanya dan memecah keheningan di ruangan.

1 comment

Leave a comment