Ceritanya Saya Menikah #1

Ceritanya saya menikah. Sebuah babak baru dalam hidup dan milestone berakhirnya hegemoni pertanyaan ‘kapan nikah?’ dari close circle sampai stranger. Menulis kalimat ini saja saya ngakak. Tapi apakah menikah itu hanya dalam rangka menjawab pertanyaan?

Masih teringat, H-sekian bulan, mama tetiba bertanya, “Dek, adek yakin dengan pilihan adek kan? Adek bukan karena terpaksa kan?” Pertanyaan serius bagi mama yang membuat saya melongo. Jujur, kami memang tak sedekat itu selama ini. Tak semua cerita saya curahkan. Lha wong cerita kehidupan biasa saja mereka sebegitu khawatirnya, apalagi cerita jungkir balik, ke barat ke timur anak wedhoknya ini. Jadi, ketika membuat keputusan untuk hidup dan bermitra secara setara dalam hubungan rumah tangga dengan seorang anak laki-laki yang lahir dan besar dari keluarga lain, mama masih bertanya-tanya. 

Kecelakaan sepeda motor berhasil tidak diketahui selama 2 minggu, terbongkar saat saya cuci baju. Sakit tipes saat pelatihan Pengajar Muda tidak diketahui sampai saya ngaku 1 tahun kemudian. Naik gunung Lawu diketahui secara tidak sengaja setelah teman saya mengunggah foto kami di Facebook (note: Iya, mama punya Facebook, Twitter, dan sekarang sudah lincah COD Shopee). Habis saya kala itu diomeli. 

“Mama, papa tuh suka kepikiran pas makan di Jogja, duh, adek makan apa ya? Di Jakarta yang kondisinya kayak gitu sendirian.” Padahal, nyatanya, saya pergi nonton bioskop, makan, putar-putar Jakarta naik TransJakarta, berteman haha-hihi. Pokoknya, saya tunjukkan saya baik-baik saja di sini (sudah seperti rumus menjawab esai beasiswa, ‘show’, ‘don’t tell’ hahaha). Apakah orang tua memang diciptakan untuk khawatir ya? atau jangan-jangan, anaklah yang diciptakan untuk tidak membuat orang tuanya khawatir?

Sampai-sampai, kalimat ini terucap, “Papa mama udah nggak khawatir sampai adek punya suami yang jagain adek. Papa udah nggak kepikiran lagi kalau adek pas jauh.” Iyes, track record saya di mata orang tua adalah ke sana ke mari menjelajah bumi!

Dulu, pas saya jomblo, pernyataan yang sesungguhnya tidak perlu dijawab itu sulitnya bukan main. Saya selalu mencoba untuk membela diri tapi sudahlah. Saya dengarkan saja resahnya orang tua. Toh, yang saya yakini, tidak menunjukkan pacar/gandengan bukan berarti tidak memikirkan pernikahan bukan? Agaknya pernikahan memang dipandang sebegitunya bagi sebagian orang. 

Dan, tad-da, saya menikah bulan Februari kemarin. Tak dipungkiri, mama papa senangnya bukan main. Keluarga si dia juga bersuka cita. Walau pernikahan saat pandemi melelahkan, semua keriwehan itu mereka syukuri. Anak perempuan dan anak laki-laki yang selalu dibanjiri pertanyaan kapan nikah (termasuk oleh orang tuanya sendiri) akhirnya menikah. 

Saya pun happy. Alhamdulillah, dipertemukan oleh yang maha menciptakan rasa dan segala. Sehingga, menjodohkan dua manusia menjadi begitu mudahnya oleh-Nya.

Kini, tak ada lagi kekhawatiran dari papa dan mama. Lega betul sepertinya mereka. Sekarang pertanyaannya berganti. Masak apa, dek, di rumah? Adek mudik nggak? Paket dari papa kemarin udah sampai? Depok gimana kabarnya?

Kalau sudah begitu, saya hanya ingin tertawa dengan semua yang terjadi. Dinamika menikah di usia kepala tiga dan kenyang pertanyaan kapan nikah belum usai rupanya. Saya tak menyesali setiap lembar kehidupan saya kemarin. Pilihan-pilihan yang saya ambil, juga semua keputusan yang dibuat. Saya sudah belajar menjawab pertanyaan. Walau begitu, itu tak berarti selesai. Saya akan bersiap dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Makin ke sini, makin terbukti, menjawab pertanyaan adalah bagian dari kehidupan, bukan begitu?

****
Barakallahu laka wa baarakaa aaika wa jamaa bainakumaa fii khoir (mudah-mudahan Allah memberkahi engkau dalam segala hal dan mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan).

3 comments
  1. Wah kak Hety sudah menikah rupanya! Selamat berbahagia kak! Kompak kompak selalu yaa

    Cheers, Sali

    Like

    • Hety said:

      Saliiiii … Makasih banyak yaa! 😀

      Like

  2. Alhamdulillah, baarakallahulakuma wabaraka ‘alaykuma wajamma’a baynakuma fii khoir. Congrats ya Het 🤗. Seneng banget denger berita ini. Jadi inget pas mama Hety nge WA :D. Hihihi… Salam sungkem utk beliau yaaa.

    Yup, pertanyaan yg (kadang) bikin mumet gak akan pernah selesai selama masih hidup secara sosial. Wkwkw… Pilihannya berdamai, dan gak baper XD.

    Salam kenal buat suami yaaa. Smoga ada rezeki dan kesempatan utk kenalan langsung 😊

    Like

Leave a comment