LPKA Kali Kedua Bersama Inspirasa

LPKA, enggak ada yang bikin saya ragu untuk kembali ke sini. Saya selalu semangat. Dan, tau enggak sih? Sttt, Tuhan benar-benar mengabulkan doa saya. Cek di postingan saya satu tahun yang lalu di paragraf terakhir (ini kuis yak, sila dicari :p). Tuhan Maha Baik. Saya diizinkan kembali. šŸ™‚

Dokumentasi Inspirasa Juli 2019

Mendadak Jadi Anak Tang-Sel

Setahun itu waktu yang lama bagi yang menunggu tapi waktu yang cepat bagi yang punya rencana. Pasca Kelas Inspirasi Tangsel Goes to LPKA setahun yang lalu, masih aja ada relawan yang ‘protes’ enggak terima, “Udah nih, segini aja?”

Bagi kami kala itu, agak berat juga mengakhiri sesi Kelas Inspirasi dan ber-sayonara-sampai-berjumpa-pulang dengan adik-adik di LPKA. Sungguh, ini ada potensinya. Ini bisa dibuat sedemikian rupa sehingga bisa lebih berfaedah. Mumpung kita punya ini-itu, bisa dioptimalkan. Yash, sedemikian pedenya klaim kami walau baru s-a-t-u-h-a-r-i berada di LPKA dan bertemu adik-adik binaan.

OOT nomor 1. Di sinilah kemudian saya berteori, benar adanya jadi relawan itu harus pede. Pede kalau dirinya berkontribusi heu *kidding :p

Singkat cerita, dari kesekian kali temu-kumpul-diskusi, kami sepakat untuk kembali lagi ke LPKA Kelas I Tangerang dengan ‘baju baru’: ‘Inspirasa’. Slogannya, ‘Dengan Inspirasi Membangun Asa’. Yang kami yakini bersama, berbagai sumber daya yang ada, mampu menjadi inspirasi yang membangun asa dan harapan, baik bagi kakak-kakak relawan atau adik-adik di LPKA.

Noted. Biar sekalian, pembaca yang budiman bisa cek Instagramnya di @Inspirasa.id huy huy

OOT nomor 2. Tapi beneran lho, apalah arti sebuah nama, sudah berganti nama pun (semula Kelas Inspirasi, kini Inspirasa), petugas LPKA tetap selalu menyebut kami ‘Kakak-kakak dari Kelas Inspirasi’. Hmm … Baeklah.

Dibanding Kelas Inspirasi, kegiatan Inspirasa lebih jangka panjang. Inspirasa juga punya kurikulum atau tema belajar sendiri. Pertemuan dengan adik-adik di LPKA dibuat dengan tiga tema besar: Self Awareness‘, ‘Willingness to Learn‘, dan Growth Mindset. Satu tema dipelajari bersama selama satu bulan dalam tiga sampai empat kali pertemuan, setiap hari Sabtu.

Saya yang berdomisili di Jakarta Pusat ini pun mendadak jadi ‘anak TangSel’ saat ‘meramaikan’ Tim Inspirasa. Tugas saya? Saya masuk jadi Tim Rekrutmen di pre-event dengan jobdesc merekrut relawan yang nantinya menjadi mentor buat adik-adik, dan satu jobdesc tambahan: ‘stand by‘ jadi mentor yang menggantikan relawan mentor yang berhalangan hadir saat hari-H (baca: pemain cadangan). Cadangan pun, pada akhirnya, saya tetap kebagian ngobrol dengan adik-adik di LPKA (kebetulan ada relawan mentor yang dinas kantor dan berhalangan hadir).

Sesi Perdana

Bulan Juli jadi sesi perdana Inspirasa dengan tema belajar ‘Self-Awareness‘ di LPKA. Kakak mentor dan adik akan berdiskusi membahas potensi diri. Sesuai rencana, kami akan beraktivitas di aula, namun siapa sangka, tiga kali pertemuan berturut-turut selalu ada acara. Jadilah kami berada di ruang kelas atau ruang perpustakaan yang lebih lebar.

Dokumentasi Inspirasa Juli 2019

Sebenarnya, yang seperti ini, sungguh baru buat kami. Adik-adiknya (sepertinya) juga mayoritas baru. Ya wajar sih, adik-adik yang di sana berganti. Saat masa binaan mereka di LPKA sudah habis, mereka akan bebas dan melanjutkan kehidupan di luar LPKA.

Beberapa relawan mentor mengaku grogi karena ini kali pertama masuk ke LPKA dan berinteraksi langsung dengan adik-adik. Pun yang sudah pernah ke LPKA, juga mengaku grogi karena belum pernah langsung mendampingi adik-adik dalam kelompok kecil dan ada materinya pula. Haish, piye iki?

Tapi siapa sangka? Semua tak berasa, malah jadi rutinitas. Satu bulan, tiga kali pertemuan setiap Sabtu dengan uraian sebagai berikut –> kumpul di depan LPKA pukul 8.00 WIB, (dan kami baru diizinkan masuk oleh petugas Lapas pukul 9.00 WIB), bubaran pukul 12.00 WIB, evaluasi relawan, dan pukul 14.00 WIB (biasanya) udah di KRL – kembali ke Jakarta (bagi yang anak Jakarta kayak saya :p).

Sampai di paragraf ini, jadi kebayang, tiga hari Sabtu di bulan Juli yang udah dilalui kemarin. Klise kan: berasa ‘berat’ di awal dan ternyata, secepat itu tiga sesi itu berlalu. Saking enjoy-nya. Kurang. Saking happy-nya!

Dibalik Kegiatan LPKA …

Tapi, semua ini bukan berarti ‘lurus-lurus’ aja tanpa cerita. Sesederhana, adda-ajja Bapak Ojol yang selalu menanyai saya saat akan meluncur dari rumah ke Stasiun Tanah Abang. Maklum …

S-a-b-t-u, jam 6.00 p-a-g-i.

Enggak libur, Neng,” begitulah obrolan ini selalu berawal.
Enggak Pak, ngajar,” jawab saya singkat, berharap jawaban ini sudah cukup menjelaskan, dan menghindarkan saya dari terminologi ‘relawan’ yang akan membuat si Bapak tambah penasaran. Nyatanya, saya keliru.
Di mana emang ngajarnya? Ko harus ke Stasiun Tanah Abang?”
Tangerang, Pak.”
Walah jauhnyaa, di sekolah mana?”
LPKA.”
Wah, Neng, kalau anak-anak itu mah …

Tak perlu saya tuliskan ya. Saya cuma bisa ha-he ha-he saja dibalik helm kaca. Si Bapak saya tebak sudah beranak juga tapi saya tetap enggak bisa men-judge beliau. Itu pendapatnya sebagai orang tua. Saya? Biarlah. Mungkin karena saya belum pernah ngerasain jadi orang tua yaa (soon). Dan, percayalah. Anak-anak itu unik ko. Beda sih … tapi buktinya, saya dan teman-teman relawan bersedia mendonasikan setengah hari Sabtu kami untuk mereka. See? Betapa istimewanya! šŸ™‚

Enggak sampai di situ aja, pernah juga ada moment ngobrol dengan seorang Ibu dari seorang adik yang lagi menjalani masa pembinaan di LPKA. Ya, hari Sabtu memang jadi hari kunjungan LPKA. Jadi, jangan heran kalau kegiatan Inspirasa bebarengan dengan kunjungan keluarga. Saya yang sedang duduk sarapan bubur ayam tetiba disapa dan ditanya dari mana.

Mbak, kunjungan juga? Jam berapa sih dibuka gerbangnya?”
Enggak Bu, saya ada kegiatan sama adik-adik. Biasanya sih jam 9, Bu. Sebentar lagi mungkin.”
Wah, kegiatan sama anak-anak ya, Mbak. Saya orang tuanya … (sensor),” tanpa ditanya, Si Ibu sudah mengenalkan nama anaknya yang sedang menjalani masa binaan di LPKA.
Oh ya? Bu,” spontan reaksi saya.
Yaa Mbak, saya anggap ini sebagai ujian saya. Yaa lagi ada halangan. Saya terima ….”

Berasumsi, saya tahu ke mana arah pembicaraan ini. Kebetulan, Si Ibu berkunjung dengan membawa anak perempuan usia ABG (mungkin anaknya yang lain). Si anak perempuan ini menunggu dengan riang tapi tidak dengan Si Ibu. Matanya mulai memandang ke depan, menerawang, dan berusaha rela. Melihat itu, saya jadi enggak tega, “Eh, ee … Bu, saya ngembaliin mangkok bubur ayam dulu ya.”

Beuh, sejahat-jahatnya saya, si ekstrovert yang senang mengobrol tapi terpaksa undur diri dari ‘forum’. Please, saya enggak tega (PS. saya doakan, semoga Ibu selalu diberi kekuatan, amin).

Dan … Yaaa, Begitulah

Satu bulan tiga kali kunjungan ke LPKA membawa pengalaman tersendiri bagi saya. Ada saja ceritanya. Cerita yang kemudian selalu membuat saya berpikir karena saya duduk di dalam KRL Tangerang-Manggarai dan menghadap jendela. Bukan hal mudah hidup di antara pandangan negatif, bukan? But those kids, they have to survive. I would say, this is the real definition of a long journey. Day by day, month by month, year by year, and … sometimes, times change but not experiences. They are always there. Exist. Sigh.

Dokumentasi Inspirasa 2019

Kadang, di antara obrolan dengan adik-adik, ada juga kegelisahan yang saya temukan namun hebatnya, berhasil terbungkus rasa penerimaan. “Mau gimana lagi ya Kak? Dijalani aja.” Tetiba terlintas, seusia mereka, saya masih sibuk haha hihi membahas lagu-lagu boyband kesukaan bersama teman, tak pernah meresapi hidup sedalam itu.

Sedih, Het? Iya.

Tapi saya justru salah kalau saya sedih. Seketika berubah bangga melihat mereka dengan semangat berujar di hadapan saya, “Keluar dari sini Kak, aku mau bikin salon. Kakak mampir yaa besok ke salonku.”

Ya, sejatinya, tiap orang berhak untuk bercita-cita. Mau seperti apa masa lalunya, baik dan buruk itu bukan nilai akhir. Itu hanya akan jadi pengalaman, modal, bahkan amunisi dalam bercita-cita. Dan, kabar baiknya, semua anak di LPKA punya modal besar, hanya jalannya ‘lain’ memang šŸ™‚

Saya sering ‘kesetrum’ sendiri pas moment seperti ini. Bisa berjumpa dengan adik-adik LPKA adalah kesempatan melihat mimpi orang yang lagi kelap-kelip-nya. Indah, kan? Tak padam tapi nyalanya ada. Oke, saya buat ini sederhana. Analoginya, jika mimpi adalah bintang, maka mimpi justru terlihat terang saat berada di kegelapan. Tinggal tugas adik-adik untuk menjaga mimpinya agar tetap menyala šŸ™‚

Jadi, sampai jumpa di bulan September ya dengan tema belajar yang kedua!

* *

Cek tulisan saya sebelumnya di sini:
LPKA, Kelas Inspirasi Pertama Saya

Leave a comment