Rindu dalam Secangkir Susu

Malam ini saya sendiri, tidak ada orang di rumah. Senyap dan keputusan yang paling aman dalam kondisi seperti itu adalah tetap berada di kamar.

Kamar 2×2,5 m ini selalu saja membuat saya tidak bisa berhenti berpikir. Kamar ini menipu. Tampak sempit sepertinya, tapi jangan salah, khayalan tanpa batas bisa terjadi di sini.

Pandangan mata saya selalu berkelana ke sekeliling kamar. Gila, batin saya. Ruang ini benar-benar akan menjadi bagian dari sejarah hidup saya selama satu tahun di Bawean. Kamar ini sangat istimewa, sahabat terbaik yang pernah ada saat jauh dari orang tua, sahabat, dan teman-teman. Saya bisa menjadi diri saya sendiri di sini.

Dan stop! Pandangan ini terpaku pada toples bulat, transparan, dengan tutup berwarna hijau yang saya letakkan tepat di samping almari. Toples bulat, transparan, dengan tutup berwarna hijau itu adalah gudang mini saya. Tempat saya menyimpan camilan-camilan atau sekedar minuman-minuman sachet.

Karena transparan, saya dapat melihat semua isi toples itu dengan mudah. Bentuknya, mereknya, segalanya. Tidak, tidak, tidak. Jangan salah. Pandangan mata ini tidak terpaku pada camilan-camilan itu. Pandangan mata ini hanya terpaku pada susu Dancow sachet berwana kuning rasa coklat. Anggun sekali keberadaannya diapit bungkusan-bungkusan lainnya dalam toples. Saking anggunnya, susu Dancow sachet itu mampu membawa saya pada kenangan masa-masa pelatihan intensif Indonesia Mengajar di Cipayung, bulan Mei lalu. Ya, bulan Mei lalu, 4 bulan mundur ke belakang dari sekarang.

Saat itu, saya sakit. Tak teridentifikasi. Entah apa yang terjadi dengan tubuh saya. Pagi hari saya merasa baik, tidak pusing, tidak demam, tidak berkunang-kunang. Sebaliknya, saat malam tiba, suhu tubuh saya naik drastis. Panas tapi saya merasa dingin. Kaos kaki, jaket, dan selimut tak pernah absen menemani tidur saya di asrama. Parahnya, saya tidak diperbolehkan untuk tidur di kamar saya sendiri. Saya tidur di ruang UKS (di asrama, memang ada satu kamar yang khusus dijadikan sebagai ruang UKS, ‘kamar spesial’ untuk si sakit).

Teman-teman silih berganti datang ke ruang UKS menjenguk saya. Menanyakan kabar, memberi semangat, berbagi cerita, dan semuanya mereka lakukan agar saya cepat sembuh.

Genap empat hari saya sakit. Kebetulan, hari itu adalah hari Minggu, hari pesiar. Hari pesiar adalah hari di mana kami boleh meninggalkan asrama untuk sekedar jalan-jalan atau berbelanja kebutuhan. Sedih rasanya, saya tidak dapat menikmati ‘jatah’ pesiar saya. Di saat-saat seperti itu, tiba-tiba handphone saya berbunyi. Sms dari Medha. “Hety, mau nitip apa? Aku belikan…”.

Di antara sekian ‘daftar barang belanjaan’ yang saya sms-kan ke Medha, saya minta dibelikan susu. Entah kenapa, saya sedang ingin minum susu dalam gelas besar dan meminumnya hangat-hangat sedemikian rupa, glek, glek, glek mirip dalam iklan susu di TV. Kok rasanya pasti bakal puas sekali, begitu pikiran saya yang mungkin mirip orang hamil lagi ngidam hehe.

Het, Milo-nya abis, tinggal Dancow, enggak papa ya, aku belikan Dancow”, begitu bunyi sms Medha selanjutnya.

Itulah susu Dancow yang membuatku terpaku sekarang. Aku belum sempat meminumnya di asrama. Bayangkan dari bulan Mei sampai sekarang, September. Empat bulan sudah berjalan penempatan di daerah masing-masing. Saya di Pulau Bawean dan Medha di Lebak. Kami terpisah. Susu sachet Dancow itu belum tersentuh.

Tiba-tiba saya merindukan Medha, teman sekamar di asrama. Teman curhat. Teman bangun ‘ogah-ogahan’ saat senam pukul 5 pagi. Teman makan bersama. Teman mengerjakan tugas. Teman mendengarkan lagu-lagunya ‘Maliq n d’Essential’. Teman jalan kaki dari wisma Hubla sampai Pom Bensin Cipayung (teman-teman yang lain menganggap kami gila). Teman maskeran di kamar setiap akhir pekan. Teman ‘bergalau-galau’-ria di akhir pekan. Teman … . Teman … . Teman em… em… . Teman em… em… . Teman… . Sahabat!

Saya segera keluar kamar dan kembali dengan membawa secangkir air panas. Saya ambil satu sachet susu Dancow coklat dari dalam toples. Saya membuat segelas susu hangat. Saya menikmati setiap teguk susu yang masuk ke kerongkongan saya. Susu ini telah membuat saya rindu. Rindu pada sahabat saya di asrama dulu. Glek, glek, glek. Saya rindu kamu.

P.S. Medha, hwdy? Baik kan? Semoga kamu baca note ini :D.

4 comments
  1. Evi Yuniati said:

    Hetyyyy… Aku berkaca2 baca cerita ini. That’s what friends are for…

    Like

  2. medha said:

    aku baca lagi note ini, untuk kesekian kalinya Het 🙂 terimaksih atas pertemanannya yang indah 🙂 semoga tidak ada sesuatu yang membuat kita berjarak ya Het 🙂

    Like

Leave a comment