The Right Moment Part 1: Count Me In #RUBIBawean

The Right Moment
Sesungguhnya saya sangat memimpikan ‘The Right Moment’ itu terjadi pada saya. Dari enam Pengajar Muda Pulau Bawean angkatan II (2011-2012), hanya saya, satu-satunya yang belum pernah ke sana lagi. Kerinduan sudah full, luber bahkan. Bagaimana nasib anak-anak itu? Ini salah saya saat saya secara sadar masuk dalam masa kecil anak-anak orang. Salah saya untuk tetap merasa bertanggung jawab dan penasaran menyaksikkan mereka tumbuh dewasa dan menjadi apa kini. Apakah mereka masih ingat tentang perkalian bersusun, cara menulis surat, fotosintesis, pembagian benua di dunia yang pernah saya ajarkan? Ah …

Jadwal cuti, pekerjaan, Jakarta, ombak, tiket, tanggal, kapal, menjadi hal yang tidak pernah kompak dalam hidup saya selama tiga tahun. Agustus 2015 ini, kalian harus bisa bekerja sama mengantarkan saya ke sana. Please …

Jumat (7/8)

Saya tak peduli berapa harga tiket pesawat yang kini lebih mahal dari harga beberapa hari sebelumnya itu. Biasanya saya akan perhitungan dengan penuh penyesalan karena selisih sekian rupiah itu sangat berharga. Sudahlah, saya mengalah kali ini. Demi apa?? Demi bisa menginjakkan kaki di sebuah Pulau berawalan huruf ‘B’ yang sudah saya anggap sebagai kampung halaman kedua, demi seisi pulau yang tidak pernah habis saya pahami, dan demi sebuah dusun di belakang bukit tua minim air yang membuat saya harus menumpang mandi di rumah tetangga selama hidup di sana.

Pembatalan sepihak tugas dinas asesmen daerah tanggal 10 di hari Kamis pagi (6/8) membuat saya bersorak riang dan langsung setengah gila. Antusias, adrenalin naik, saya tidak bisa mengontrol degup jantung saya saking cepatnya. Saya harus berpacu dengan waktu untuk mendapatkan tiket pesawat Jakarta-Surabaya pada Jumat (7/8) malam, tiket kapal Gresik-Pulau Bawean pada Sabtu (8/8) pagi, serta tiket kereta api pada Senin (10/8) malam. Saya harus ‘nyempil’ ikut serta dalam rombongan teman-teman #RUBIBawean yang tentunya sudah tenang mendapatkan tiket masing-masing.

Angka-angka dalam rupiah itu jelas tidak berada di pihak saya sama sekali. Bahkan, mereka pun tidak peduli ini kepulangan perdana sejak 27 Juni 2012 yang bakal menjadi kisah romantis. Saya pasrah saja. Waktu menempatkan saya pada angka-angka tertinggi yang membuat saya teringat pada tas-tas belanjaan beberapa hari lalu. Oke, saya mengalah. Sejatinya, ini bukan soal transaksional ekonomis. Ini soal kerinduan, kasih sayang, dan ‘The Right Moment’ yang akan segera saya wujudkan.

Perjuangan menelepon teman di Gresik untuk tiket kapal, browsing tiket pesawat dan kereta api, adegan lari-lari mencari ATM karena mendadak saya lupa pin Mobile Banking saya, serta kecemasan dua hari penuh, Kamis sampai Jumat, tidak akan saya ceritakan di sini. Saya memutuskan untuk mati rasa saja atas perjuangan yang sudah saya lakukan. Tugas saya hanya berusaha, bukan merasa (lalu mengomel, meratapi nasib, dan menyalahkan keadaan). Tuhan sudah tahu itu.

Voila! Foto-foto penyerta tulisan ini bisa menjadi saksi kepulangan saya. Hety pulang kampung, akhirnya. ‘The Right Moment’ ke Bawean yang selalu saya mimpikan akhirnya tiba. Surabaya memang baru permulaan, pintu gerbang ‘The Right Moment’. Tak sabar untuk melihat murid-murid saya yang kini beranjak SMA, tetangga-tetangga pemilik kamar mandi yang selalu saya tumpangi dulu yang kini menua, hostfam saya yang baru saja memiliki satu anggota baru (ibu angkat saya melahirkan anak lagi), serta jalanan di Bawean yang katanya lebih mulus dari terakhir saat saya tinggalkan.

Pose andalan. Tandanya, siap berpetualang (ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, Jakarta).

Pose andalan. Tandanya, siap berpetualang (ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, Jakarta).

Semakin yakin ini adalah 'The Right Moment' saya saat menemukan artikel yang mengulas Tanjung Gaang di Bawean di Sriwijaya Inflight Magazine Jumat (7/8) malam itu. Semesta mendukung kepulangan saya.

Semakin yakin ini adalah ‘The Right Moment’ saya saat menemukan artikel yang mengulas Tanjung Gaang di Bawean di Sriwijaya Inflight Magazine Jumat (7/8) malam itu. Semesta mendukung kepulangan saya.

I am happy, really really happy for this journey (bandara Juanda, Surabaya).

I am happy, really really happy for this journey (bandara Juanda, Surabaya).

Bismillahirohmanirrohim. Terima kasih SJ-258.